![]() |
Ilustrasi || sumber: blogspot.com | |
Berpikir sistematis dapat dikatakan sebagai sebuah cara berpikir yang teratur dalam metodenya. Dengan demikian berpikir sistematis berarti juga berpikir dengan melalui tahap-tahap yang teratur. Atau juga dapat disebut berpikir dengan sistem yang teratur.
Atau
berpikir dengan menganggap suatu objek sebagai sistem.
Sistematis
menurut Kamus besar bahasa Indonesia adalah teratur
menurut sistem; dengan cara yang diatur baik-baik. “Sistem” adalah
1). Perangkat unsur yang secara teratur
saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas;
2). Susunan yang teratur
dari pandangan-pandangan , teori, asas dan sebagainya
3). Metode
Bagian-bagian penting
dalam berpikir sistematis beserta
substansinya menurut Panggabean (2009) adalah sebagai berikut:
- Mulai dari akhir. Akhir yang dimaksudkan adalah tujuan. Jadi berpikir sistematis harus memulai dari menetapkan tujuan yang hendak dicapai dari proses berpikir itu. Menentukan tujuan sebagai titik akhir harus memperhatikan titik awal (kondisi kekinian saat hendak mulai berpikir).
- Memulai proses berpikir. Berpikir sistematis berintikan pada kata pikir dan sistem. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah: fenomena, sistem, analisis, dan sintesis
- Fenomena adalah segala sesuatu yang
dapat dibayangkan oleh manusia atau dengannya manusia dapat berinteraksi
melalui inderanya. Jika kita perhatikan baik-baik, sangat sulit menemukan
sebuah fenomena yang hanya terdiri dari fenomena itu sendiri sebagai entitas
tunggal. Fenomena akan mengantar kita
pada sistem
- Sistem dapat diartikan sebagai sebuah fenomena yang memiliki
dua ciri dasar, yaitu (1) terdiri dari elemen-elemen yang membentuknya atau
menentukan karakteristiknya dimana setiap atau sekelompok elemen memiliki
fungsi masing-masing yang mengkonstruksi fungsi-fungsi seluruh sistem, dan (2)
pola keterkaitan atau interaksi antarelemen yang membentuk hubungan
sebab-akibat dan/atau transfer massa-informasi. Kerap kali elemen dari sebuah sistem sejatinya
merupakan sebuah sistem tersendiri yang terdiri dari elemen-elemen yang lebih
kecil. Elemen demikian dapat kita sebut sebagai sebuah subsistem. Berdasarkan
konsep fenomena dan sistem, kita dapat memberikan definisi lain untuk proses
berpikir. Secara sederhana, saya dapat katakan bahwa seseorang disebut berpikir
tentang sesuatu jika ia memandang sesuatu itu tidak lagi sebagai fenomena
tetapi sebagai sistem dengan kompleksitasnya.
Dengan
memandang berpikir sistematis yang berbasis sistem itu sendiri sebagai sebuah
sistem berpikir, maka berpikir sistematis mencakup dua cara berpikir besar,
yaitu berpikir analitik (analisis) dan berpikir sintetik (sintesis).
- Secara sederhana, analisis adalah
proses berpikir yang berintikan penguraian sebuah sistem menjadi elemen-elemen
dan pola interaksi antarelemen lalu mempelajarinya untuk kemudian menghasilkan
kesimpulan guna menjawab kebutuhan yang menjadi titik akhir berpikir. Artinya,
dalam analisis, sistem yang hendak diurai sudah ada sebelum proses berpikir
dimulai, yaitu sistem sudah ada di titik awal. Dalam analisis, setelah
menentukan titik akhir, maka kita umumnya bergerak dari titik awal ke titik
akhir. Dalam bidang ilmu, sains pada umumnya merupakan proses analisis.
- Berkebalikan dengan itu, sintesis
merupakan proses berpikir yang, melalui proses desain dan pemodelan, lebih dulu
menempatkan sebuah sistem imajinatif yang hendak dikonstruksi di titik akhir
dan kemudian berusaha membangunnya menurut desain atau model tersebut
berdasarkan hasil analisis sistem yang sudah ada atau, jika belum, hasil
penciptaan dan inovasi. Tentu saja sistem imajinatif yang hendak diwujudkan ini
seharusnya lebih baik daripada sistem-sistem sejenis yang sudah ada dan ia
dikonstruksi untuk menjawab kebutuhan yang belum mampu dipenuhi oleh
sistem-sistem yang sudah ada itu.
3. Mem-FOKUS-kan upaya berpikir kita
kepada elemen-elemen sistem yang memiliki peran dan fungsi paling dominan yang
memungkinkan fungsi-fungsi utama sistem tersebut dapat bekerja dengan baik. Prinsip
Pareto
yang sudah cukup lama dikenal menyatakan bahwa 80% akibat (effects)
datang dari 20% sebab (causes). Dengan mengasumsikan bahwa secara
umum fenomena atau sistem yang kita kaji juga mengikuti Hukum Pareto dimana
hanya sekitar 20% dari seluruh elemen sistem yang berkontribusi kepada 80%
fungsi seluruh sistem, maka untuk mencapai pengenalan atau membangun model dari
suatu sistem dengan tingkat minimal 80%, maka kita cukup mengkonsentrasikan
seluruh upaya berpikir kita kepada 20% dari seluruh elemen sistem yang memang
paling penting. Untuk mengetahui manakah elemen yang termasuk 20% ini, kita
perlu mengetahui fungsi elemen dan hubungannya dengan fungsi-fungsi utama
sistem. Dengan memperhatikan pola hubungan antarelemen sistem, kita akan mampu
memilah-milah manakah elemen inti dan elemen pendukung dari sebuah sistem.
4. Mengenal dan mempelajari
elemen-elemen dan interaksi antarelemen di dalam sistem yang sedang kita kaji.
“empat hamba dan tujuh
penasihat setia”
Keempat hamba yang
dapat membantu kita untuk berpikir sistematis adalah fakta, data, informasi,
dan asumsi:
a.
fakta,
dapat diartikan sebagai segala fenomena aktual yang terjadi atau nyata tentang
sesuatu.
b.
data,
dapat dinyatakan sebagai deskripsi kuantitatif atau kualitatif tentang sesuatu
yang diperoleh misalnya melalui observasi atau pengukuran. Fakta dapat menjadi
data, tetapi data belum tentu merupakan fakta.
c.
informasi,
adalah pengetahuan yang kita peroleh tentang sesuatu setelah memproses data
yang kita miliki tentang sesuatu itu dan fenomena lainnya. Pemrosesan data untuk
mendapatkan informasi memiliki beragam bentuk, seperti membandingkan,
memperhatikan tren atau kecenderungan data, dan mengkaji pola statistik dari
data.
d.
Asumsi adalah anggapan
tentang sesuatu yang seharusnya dikonstruksi berdasarkan fakta atau data dari masa lalu tentang sesuatu itu dan berbagai
fenomena lainnya.
Dalam
berpikir sistematis, prinsip
penting yang harus dipegang sampai saat ini adalah bahwa kita harus berpikir
dengan memaksimalkan fakta dan meminimalkan asumsi. Jika kita memperoleh data
dari sumber sekunder, maka adalah sangat berbahaya jika kita langsung
menerimanya bulat-bulat sebagai fakta. Akan sangat baik mendapatkan fakta
langsung dari sumber primer atau dari lapangan, jika memungkinkan. Jika tidak,
maka pastikanlah data yang kita peroleh tentang suatu sistem berasal dari
sumber-sumber yang memiliki rekam jejak (track record) yang baik sebagai
sumber-sumber dengan tingkat kepercayaan tinggi.
Untuk mendapatkan
fakta dan data yang kita butuhkan serta menyarikan informasi ketika berpikir
sistematis, di
sinilah kita membutuhkan bantuan tujuh
penasihat setia yang dimiliki oleh setiap orang. Enam penasihat pertama
biasa dikenal dengan “5W+1H” yaitu what, where,
when, who, why, dan how. Dengan aktif bertanya saat kita berpikir,
kita akan menemukan jalan untuk mendapatkan apa yang kita cari. Namun, bagi
saya, keenam itu belum cukup.
Penasihat ketujuh yang menurut saya sangat
menolong, khususnya untuk melatih kreatifitas, adalah what if atau why
not. Umumnya
keempat penasihat pertama, yaitu what, where, when, who, lebih banyak
dipakai untuk memperoleh dan mengumpulkan data, sementara ketiga yang terakhir,
yaitu why, how, dan what if atau why not lebih sering
digunakan saat memproses data untuk memperoleh informasi. Semakin banyak fakta
dan semakin sedikit asumsi yang kita miliki, semakin efektif pula proses
berpikir sistematis kita.
Dalam berpikir sistematis, baik itu analisis atau sintesis, tentunya paling
baik dan produktif jika pada akhirnya kita tidak hanya sampai kepada tataran
ide sebagai hasil berpikir, tetapi juga kepada aksi, implementasi dan
realisasi, jika memungkinkan. Untuk menolong kita memformulasikan bentuk aksi
yang dapat kita lakukan sebagai hasil berpikir, saya menemukan bahwa konsep
lingkaran kepedulian (circle of concern) dan lingkaran pengaruh (circle
of influence) dari Stephen Covey. Dengan bahasa sederhana, lingkaran
kepedulian adalah lingkaran yang melingkupi segala sesuatu yang tentangnya kita
peduli. Analogi dengan itu, lingkaran pengaruh adalah lingkaran yang segala sesuatu
di dalamnya dapat kita pengaruhi secara langsung.
Kita harus berupaya agar supaya lingkaran pengaruh semakin hari semakin
meningkat namun tidak mengecilkan lingkaran kepedulian kita. Saat anda mulai
bermahasiswa, lingkaran kepedulian anda lebih besar dibanding lingkaran
pengaruh. Tugas kita mengembangkan lingkaran pengaruh kita.
Setelah
kita mengenal seperti apa konfigurasi yang kita miliki saat kita berpikir, maka
jika kita ingin mempengaruhi sistem yang ada atau, dengan kata lain,
mensintesis sebuah sistem yang lebih baik, tugas kita tinggal mengategorikan
manakah elemen-elemen sistem tersebut yang masuk dalam lingkaran pengaruh atau
lingkaran kepedulian kita. Lalu jika akhirnya kita ingin menetapkan aksi untuk
dikerjakan sebagai hasil proses berpikir, maka pekerjaan kita jadi jauh lebih
mudah yaitu mari fokus kepada hal-hal yang masuk di lingkaran pengaruh kita
saja.
(***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar